Low vision, yang didefinisikan sebagai gangguan penglihatan yang tidak dapat sepenuhnya diperbaiki dengan kacamata atau lensa kontak, dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang. Penyakit ini mempengaruhi sekitar 246 juta orang di seluruh dunia, dan dampaknya bisa sangat luas, tidak hanya mempengaruhi individu dengan gangguan penglihatan tetapi juga orang-orang yang mereka kasihi dan pengasuhnya.
Memahami dampak low vision terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan memerlukan pertimbangan aspek fisiologis mata, serta pilihan rehabilitasi yang tersedia bagi mereka yang terkena dampak kondisi ini.
Fisiologi Mata
Mata manusia adalah organ kompleks yang memainkan peran penting dalam persepsi visual dunia. Cahaya masuk ke mata melalui kornea dan difokuskan oleh lensa ke retina, lalu diubah menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak melalui saraf optik. Kompromi apa pun dalam sistem yang kompleks ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan, termasuk gangguan penglihatan.
Penglihatan rendah dapat disebabkan oleh berbagai kondisi mata, antara lain degenerasi makula terkait usia, retinopati diabetik, glaukoma, dan katarak. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya ketajaman penglihatan, hilangnya penglihatan tepi, dan kesulitan dalam persepsi kontras dan warna.
Dampak Low Vision terhadap Kesehatan Mental
Dampak low vision terhadap kesehatan mental memiliki banyak aspek dan dapat terwujud dalam berbagai cara. Individu dengan low vision mungkin mengalami perasaan frustrasi, kecemasan, dan depresi saat mereka berjuang untuk melakukan tugas sehari-hari, mempertahankan kemandirian, dan terlibat dalam aktivitas sosial. Mungkin juga ada peningkatan risiko isolasi sosial dan rasa kehilangan identitas dan tujuan.
Selain itu, tantangan hidup dengan low vision dapat meluas ke anggota keluarga dan pengasuh, yang mungkin mengalami stres dan perasaan tidak berdaya saat mereka mendukung orang yang mereka cintai dalam mengatasi kondisi tersebut.
Penting untuk menyadari bahwa dampak psikologis dari low vision tidak hanya ditentukan oleh tingkat keparahan gangguan penglihatan tetapi juga oleh mekanisme penanggulangan individu, sistem pendukung, dan akses terhadap sumber daya dan layanan rehabilitasi.
Rehabilitasi Penglihatan Rendah
Rehabilitasi low vision mencakup serangkaian layanan dan strategi yang bertujuan untuk memaksimalkan fungsi penglihatan dan meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan individu dengan gangguan penglihatan. Hal ini mungkin melibatkan penggunaan alat bantu, seperti kaca pembesar, teleskop, dan alat bantu elektronik, untuk mengoptimalkan sisa penglihatan.
Selain itu, profesional rehabilitasi, termasuk terapis okupasi dan spesialis orientasi dan mobilitas, dapat memberikan pelatihan teknik dan keterampilan adaptif untuk menavigasi lingkungan, melakukan aktivitas sehari-hari, dan menggunakan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Dukungan dan konseling psikososial juga merupakan komponen integral dari rehabilitasi low vision, mengatasi aspek emosional hidup dengan low vision dan membantu individu dan keluarga mereka menyesuaikan diri dengan tantangan dan merangkul cara-cara baru dalam menjalani dunia.
Strategi dan Dukungan Mengatasi
Terlepas dari tantangan yang terkait dengan low vision, banyak individu mengembangkan ketahanan dan mengadopsi strategi penanggulangan yang efektif untuk mempertahankan pandangan positif dan kualitas hidup. Strategi-strategi ini mungkin termasuk membina hubungan sosial, terlibat dalam hobi dan kegiatan rekreasi, dan mencari dukungan sejawat melalui kelompok pendukung low vision dan organisasi komunitas.
Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemberdayaan, advokasi diri, dan akses terhadap informasi dan sumber daya bagi individu dengan gangguan penglihatan. Membangun kesadaran dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat dapat membantu mengurangi stigma dan hambatan dalam berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
Kesimpulan
Dampak low vision terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan merupakan masalah kompleks dan signifikan yang memerlukan pendekatan holistik, dengan mempertimbangkan aspek fisiologis mata dan implikasi psikososial terhadap individu dan jaringan pendukungnya. Dengan mengintegrasikan layanan rehabilitasi low vision, mendorong strategi penanggulangan, dan memupuk dukungan masyarakat, kita dapat meningkatkan ketahanan dan kualitas hidup secara keseluruhan bagi individu yang hidup dengan low vision dan membuka jalan menuju masyarakat yang lebih inklusif dan suportif.