Bagaimana diagnosis sindrom antifosfolipid ditegakkan?

Bagaimana diagnosis sindrom antifosfolipid ditegakkan?

Sindrom antifosfolipid (APS) adalah kelainan autoimun kompleks yang ditandai dengan adanya antibodi antifosfolipid yang dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah dan komplikasi kehamilan. Menetapkan diagnosis APS sangat penting dalam reumatologi dan penyakit dalam. Prosesnya melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap gejala klinis, tes laboratorium, dan studi pencitraan untuk memastikan adanya antibodi antifosfolipid dan komplikasi terkait. Dalam kelompok topik ini, kita akan mengeksplorasi berbagai metode dan kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis APS, memberikan wawasan rinci bagi profesional medis dan pasien.

Evaluasi klinis

Mendiagnosis sindrom antifosfolipid sering kali dimulai dengan evaluasi klinis yang komprehensif. Pasien mungkin datang dengan berbagai gejala, termasuk pembekuan darah berulang, komplikasi terkait kehamilan, dan manifestasi sistemik lainnya seperti tukak kulit dan gejala neurologis. Dokter spesialis reumatologi atau penyakit dalam akan melakukan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik secara rinci untuk menilai adanya gejala terkait APS dan kondisi terkait.

Pengujian Laboratorium

Salah satu langkah penting dalam mendiagnosis APS adalah melakukan tes laboratorium khusus untuk mendeteksi keberadaan antibodi antifosfolipid. Ini mungkin termasuk pengukuran antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus, dan antibodi anti-beta-2 glikoprotein I. Tes-tes ini penting untuk memastikan sifat autoimun APS dan mengevaluasi risiko kejadian trombotik dan komplikasi kehamilan.

Antibodi Antikardiolipin

Antibodi antikardiolipin adalah salah satu temuan khas pada APS. Mereka dideteksi menggunakan uji imunosorben terkait-enzim (ELISA) dan diklasifikasikan sebagai isotipe IgG, IgM, atau IgA. Peningkatan kadar antibodi ini dikaitkan dengan peningkatan risiko penggumpalan darah dan komplikasi obstetri.

Antikoagulan Lupus

Pengujian antikoagulan lupus melibatkan serangkaian tes koagulasi untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi antifosfolipid yang bersirkulasi yang mengganggu pembekuan darah. Tes ini sangat penting dalam menilai risiko kejadian trombotik, terutama pada pasien dengan riwayat pembekuan darah atau keguguran yang tidak diketahui penyebabnya.

Antibodi Glikoprotein I Anti-Beta-2

Pengukuran antibodi anti-beta-2 glikoprotein I memberikan informasi tambahan tentang sifat autoimun APS. Peningkatan kadar antibodi ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko trombosis dan komplikasi obstetrik, yang selanjutnya mendukung diagnosis APS.

Studi Pencitraan

Dalam beberapa kasus, studi pencitraan seperti USG Doppler, magnetic resonance imaging (MRI), dan computerized tomography (CT) scan dapat digunakan untuk menilai adanya bekuan darah, terutama di vena dalam di kaki (trombosis vena dalam) dan di paru-paru (emboli paru). Modalitas pencitraan ini dapat membantu memastikan adanya kejadian trombotik dan memandu keputusan pengobatan.

Kriteria Diagnostik

Beberapa kriteria klasifikasi telah ditetapkan untuk membantu diagnosis sindrom antifosfolipid. Kriteria Sapporo dan Sydney umumnya digunakan dalam praktik klinis untuk menentukan keberadaan antibodi antifosfolipid dan manifestasi klinis terkait. Kriteria ini memberikan pendekatan standar untuk mengidentifikasi pasien dengan APS dan menentukan tingkat risiko kejadian trombotik dan komplikasi terkait kehamilan.

Kriteria Sapporo

  • Dikonfirmasi adanya antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin dan/atau antikoagulan lupus)
  • Satu atau lebih manifestasi klinis APS, seperti trombosis vena atau arteri, atau komplikasi terkait kehamilan
  • Konsistensi hasil tes setidaknya dua kali, dengan jarak setidaknya 12 minggu

Kriteria Sydney

  • Kehadiran antibodi antifosfolipid yang persisten pada dua kesempatan atau lebih, setidaknya dalam jarak 12 minggu
  • Trombosis vena atau arteri dan/atau komplikasi terkait kehamilan

Pendekatan Interdisipliner

Diagnosis sindrom antifosfolipid sering kali melibatkan pendekatan interdisipliner, yang memerlukan kolaborasi antara ahli reumatologi, penyakit dalam, hematologi, dokter kandungan, dan penyedia layanan kesehatan khusus lainnya. Upaya kolaboratif ini penting untuk mengevaluasi dan mengelola beragam manifestasi klinis APS secara akurat, terutama dalam konteks kehamilan dan kelainan trombotik.

Kesimpulan

Menetapkan diagnosis sindrom antifosfolipid dalam reumatologi dan penyakit dalam melibatkan pendekatan multifaset, termasuk evaluasi klinis, pengujian laboratorium, studi pencitraan, dan kepatuhan terhadap kriteria diagnostik yang ditetapkan. Dengan mengintegrasikan metode komprehensif ini, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi pasien APS secara akurat dan menyesuaikan strategi pengobatan individual untuk mengurangi risiko kejadian trombotik dan mengatasi komplikasi terkait kehamilan.

Tema
Pertanyaan