Glass ionomer adalah bahan populer yang digunakan untuk tambalan gigi. Namun, bila digunakan di area mulut yang mengalami stres tinggi, hal ini dapat menimbulkan beberapa tantangan dan potensi masalah. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi tantangan unik yang terkait dengan penggunaan ionomer kaca di area tersebut dan dampaknya terhadap kesehatan mulut.
Apa itu Ionomer Kaca?
Glass ionomer merupakan salah satu jenis bahan tambalan gigi yang dikenal mampu melepaskan fluoride sehingga bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi. Ini juga digunakan untuk menyemen mahkota dan jembatan, serta aplikasi gigi lainnya. Bahannya merupakan campuran bubuk kaca halus dan asam organik, yang jika mengeras akan membentuk zat keras dan tahan aus.
Tantangan Terkait dengan Area dengan Stres Tinggi
Meskipun ionomer kaca memiliki beberapa keunggulan, ionomer kaca juga menimbulkan tantangan bila digunakan di area mulut yang mengalami tekanan tinggi, seperti gigi geraham dan gigi premolar. Tantangan-tantangan ini meliputi:
- Patah dan Keausan: Area mulut yang mengalami tekanan tinggi akan mengalami tekanan yang signifikan selama mengunyah dan menggiling, yang dapat menyebabkan patah dan keausan pada pengisi ionomer kaca.
- Kekuatan dan Daya Tahan: Glass ionomer mungkin tidak menawarkan tingkat kekuatan dan daya tahan yang sama dengan bahan tambalan gigi lainnya, seperti amalgam atau resin komposit, sehingga lebih rentan terhadap kerusakan di area dengan tekanan tinggi.
- Retensi: Sifat perekat ionomer kaca dapat terganggu di area bertekanan tinggi, sehingga menyebabkan berkurangnya retensi dan potensi pelepasan tambalan.
- Sensitivitas terhadap Kelembapan: Ionomer kaca sensitif terhadap kelembapan selama proses pengerasan, dan area mulut yang mengalami tekanan tinggi dapat mempersulit pemeliharaan lingkungan kering, sehingga memengaruhi integritas tambalan.
Dampak terhadap Kesehatan Mulut
Tantangan yang terkait dengan penggunaan ionomer kaca di area mulut yang mengalami stres tinggi dapat berdampak pada kesehatan mulut. Misalnya, risiko patah tulang dan keausan dapat mengakibatkan perlunya penggantian tambalan secara sering, sehingga memerlukan kunjungan dan biaya tambahan ke dokter gigi. Selain itu, gangguan retensi dan sensitivitas terhadap kelembapan dapat menyebabkan kebocoran bakteri dan pembusukan berulang, sehingga memengaruhi keberhasilan restorasi dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Kesimpulannya, meskipun ionomer kaca menawarkan beberapa keunggulan sebagai bahan tambalan gigi, penggunaannya di area mulut yang mengalami tekanan tinggi menghadirkan tantangan unik. Dokter gigi dan pasien harus hati-hati mempertimbangkan tantangan ini dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan ionomer kaca di area tersebut untuk memastikan kesehatan mulut yang optimal dan keberhasilan restorasi dalam jangka panjang.