Pengujian Genetik Praimplantasi (PGT) pada IVF

Pengujian Genetik Praimplantasi (PGT) pada IVF

Fertilisasi in vitro (IVF) telah menawarkan harapan bagi ribuan pasangan yang berjuang dengan infertilitas, dan pengujian genetik praimplantasi (PGT) memainkan peran penting dalam meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dan kelahiran bayi yang sehat. PGT melibatkan pengujian embrio yang dibuat melalui IVF untuk mengidentifikasi kelainan genetik sebelum implantasi. Cluster topik ini akan memberikan pemahaman komprehensif tentang PGT, jenisnya, signifikansinya, proses, dan integrasinya dengan bayi tabung dalam mengatasi infertilitas.

Pengertian Fertilisasi In Vitro (IVF)

Fertilisasi in vitro (IVF) adalah teknologi reproduksi yang melibatkan proses pembuahan di luar tubuh di laboratorium. IVF sering digunakan ketika teknologi reproduksi berbantuan lainnya gagal, dan IVF telah menjadi solusi sukses bagi pasangan yang menghadapi infertilitas karena berbagai alasan, termasuk penyumbatan tuba, endometriosis, dan masalah infertilitas pria.

Selama IVF, sel telur matang diambil dari ovarium pasangan wanitanya dan dibuahi dengan sperma di cawan laboratorium. Embrio yang dihasilkan kemudian dikultur selama beberapa hari, dan embrio yang paling sehat dipilih untuk dipindahkan ke rahim, dengan tujuan mencapai kehamilan yang sukses.

Pengantar Pengujian Genetik Praimplantasi (PGT)

Pengujian genetik praimplantasi (PGT) melibatkan pemeriksaan embrio yang dibuat melalui IVF untuk mengetahui kelainan genetik sebelum ditanamkan ke dalam rahim. Proses ini membantu mengidentifikasi embrio dengan kelainan kromosom, kelainan genetik, atau sifat genetik tertentu, yang dapat menimbulkan risiko keguguran atau kelahiran anak dengan kondisi genetik tersebut.

Dengan mengidentifikasi dan memilih embrio yang sehat untuk dipindahkan, PGT bertujuan untuk meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dan kelahiran anak yang sehat. PGT sangat bermanfaat bagi pasangan dengan riwayat kelainan genetik, keguguran berulang, usia ibu lanjut, atau infertilitas karena faktor pria.

Jenis Pengujian Genetik Praimplantasi (PGT)

Ada tiga jenis utama PGT, masing-masing dirancang untuk menangani berbagai aspek skrining genetik:

  • 1. PGT-A (Aneuploidy Testing) : PGT-A difokuskan untuk mengidentifikasi embrio dengan jumlah kromosom abnormal, seperti sindrom Down, sindrom Turner, atau sindrom Klinefelter. Ini membantu dalam memilih embrio dengan jumlah kromosom yang tepat untuk ditransfer, mengurangi risiko keguguran dan kelainan kromosom.
  • 2. PGT-M (Pengujian Gangguan Monogenik/Gen Tunggal) : PGT-M digunakan untuk menyaring kelainan atau mutasi genetik tertentu yang diketahui diturunkan dalam keluarga, seperti fibrosis kistik, penyakit sel sabit, atau penyakit Huntington. Pengujian ini membantu menghindari perpindahan embrio dengan kelainan genetik yang diketahui.
  • 3. PGT-SR (Tes Penataan Ulang Struktural) : PGT-SR digunakan ketika salah satu atau kedua pasangan mengalami penataan ulang kromosom, seperti translokasi atau inversi. Ini membantu dalam mengidentifikasi embrio dengan translokasi seimbang, mengurangi risiko keguguran berulang atau kelainan kromosom pada keturunannya.

Proses Pengujian Genetik Praimplantasi (PGT)

Proses PGT biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Stimulasi Ovarium dan Pengambilan Sel Telur : Pasangan wanita menjalani stimulasi ovarium untuk menghasilkan banyak sel telur matang, yang kemudian diambil untuk pembuahan di laboratorium.
  2. Fertilisasi In Vitro : Sel telur yang diambil dibuahi dengan sperma, menghasilkan beberapa embrio yang dikultur di laboratorium selama beberapa hari.
  3. Biopsi Embrio : Pada hari ketiga hingga kelima perkembangan, beberapa sel dikeluarkan dari setiap embrio yang layak untuk pengujian genetik.
  4. Pengujian Genetik : Sel yang dibiopsi dianalisis menggunakan teknik genetika tingkat lanjut, seperti pengurutan generasi berikutnya atau reaksi berantai polimerase (PCR), untuk mengidentifikasi kelainan kromosom atau mutasi genetik tertentu.
  5. Seleksi dan Pemindahan Embrio : Berdasarkan hasil pengujian genetik, embrio yang paling sehat dipilih untuk dipindahkan ke dalam rahim, sedangkan embrio yang memiliki kelainan genetik biasanya tidak dipindahkan.
  6. Kriopreservasi Embrio : Embrio sehat yang tersisa dapat dikriopreservasi untuk digunakan di masa mendatang, sehingga memberikan peluang tambahan untuk kehamilan jika transfer awal tidak berhasil.

Integrasi PGT dengan IVF untuk Mengatasi Infertilitas

PGT berperan penting dalam mengoptimalkan keberhasilan program bayi tabung dalam mengatasi infertilitas dengan cara:

  • Meningkatkan Angka Kehamilan : Dengan memilih embrio yang secara genetik normal untuk ditransfer, PGT mengurangi kemungkinan implantasi embrio dengan kelainan kromosom, sehingga meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan.
  • Mengurangi Risiko Keguguran : PGT membantu mengidentifikasi embrio dengan kelainan kromosom, yang merupakan penyebab utama keguguran. Pemilihan embrio yang memiliki kromosom normal menurunkan risiko keguguran pasca transfer IVF.
  • Mencegah Gangguan Genetik : Untuk pasangan yang diketahui memiliki riwayat kelainan genetik, PGT memungkinkan identifikasi dan transfer embrio yang sehat, sehingga meminimalkan risiko mewariskan kondisi genetik kepada keturunannya.

Kesimpulan

Pengujian genetik praimplantasi (PGT) telah merevolusi bidang teknologi reproduksi berbantuan, khususnya di bidang fertilisasi in vitro (IVF) dan pengobatan infertilitas. Dengan mengintegrasikan PGT dengan IVF, pasangan yang menghadapi infertilitas dapat memaksimalkan peluang mereka untuk mencapai kehamilan yang sukses dan melahirkan anak yang sehat, sekaligus meminimalkan risiko keguguran dan kelainan genetik. Memahami proses dan pentingnya PGT dalam konteks IVF memberdayakan pasangan untuk membuat keputusan yang tepat yang dapat mewujudkan impian mereka menjadi orang tua.

Tema
Pertanyaan