Dismorfia otot adalah suatu kondisi psikologis yang berkaitan dengan citra tubuh dan sering dikaitkan dengan gangguan makan dan masalah kesehatan mental. Artikel ini memberikan eksplorasi mendalam tentang topik ini, membahas dampak dismorfia otot, kaitannya dengan gangguan makan, dan strategi untuk mengelola dan mencari bantuan untuk masalah yang saling berhubungan ini.
Dismorfia Otot: Suatu Tinjauan
Dismorfia otot, juga dikenal sebagai bigoreksia atau anoreksia terbalik, adalah subtipe gangguan dismorfik tubuh yang ditandai dengan keasyikan obsesif dengan kurangnya otot. Individu dengan dismorfia otot sering mengalami tekanan yang signifikan karena mereka merasa tidak mampu dalam hal ukuran dan/atau definisi otot, meskipun ada bukti sebaliknya. Kondisi ini sangat umum terjadi pada individu yang melakukan angkat beban, binaraga, dan aktivitas fisik lainnya yang berfokus pada pengembangan otot.
Mereka yang terkena dismorfia otot mungkin melakukan olahraga berlebihan, pola makan ketat, dan penggunaan steroid anabolik atau zat peningkat kinerja lainnya dalam upaya untuk mencapai fisik berotot yang dianggap ideal. Obsesi untuk mencapai citra fisik yang tidak berkelanjutan dan seringkali tidak dapat dicapai dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Gangguan Makan dan Dismorfia Otot
Dismorfia otot memiliki kesamaan dengan gangguan makan, khususnya anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Meskipun gangguan makan sebagian besar melibatkan persepsi yang menyimpang tentang berat dan bentuk tubuh, dismorfia otot berpusat pada persepsi tentang otot yang tidak memadai. Namun, mekanisme yang mendasari ketidakpuasan dan tekanan terkait citra tubuh serupa pada kedua kondisi tersebut.
Individu dengan dismorfia otot mungkin mematuhi kebiasaan diet ketat untuk mencapai dan mempertahankan fisik berotot, mirip dengan pembatasan diet yang terlihat pada anoreksia nervosa. Perilaku makan yang tidak sehat ini, ditambah dengan olahraga berlebihan, menempatkan individu pada risiko malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dan komplikasi kesehatan fisik lainnya yang umumnya terkait dengan gangguan makan.
Selain itu, beban psikologis karena terus-menerus berjuang untuk mendapatkan gambaran tubuh yang tidak dapat dicapai dapat menyebabkan kesusahan, kecemasan, dan depresi, yang mencerminkan dampak emosional yang dialami oleh individu dengan berbagai kelainan makan. Pengejaran kesempurnaan otot yang tiada henti sering kali mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan, sehingga berkontribusi terhadap dampak keseluruhan pada kesehatan mental.
Dismorfia Otot dan Kesehatan Mental
Kekhawatiran seputar citra tubuh, termasuk dismorfia otot, sangat terkait dengan kesehatan mental. Tekanan dan keasyikan untuk mencapai bentuk otot tertentu dapat berkontribusi pada perkembangan atau eksaserbasi gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan depresi. Ketika individu dengan dismorfia otot melakukan olahraga berlebihan dan pola makan yang ketat, risiko berkembang atau memburuknya kondisi kesehatan mental meningkat.
Selain itu, konsekuensi sosial dan psikologis dari dismorfia otot, seperti penarikan diri dari aktivitas sosial, ketegangan dalam hubungan, dan berkurangnya harga diri, semakin menambah dampak negatif terhadap kesejahteraan mental secara keseluruhan. Jika tidak diatasi, upaya mengejar kesempurnaan otot yang tiada henti dapat menyebabkan siklus tekanan psikologis, mekanisme penanggulangan yang maladaptif, dan gangguan fungsi di berbagai bidang kehidupan.
Mengelola Dismorfia Otot dan Mencari Bantuan
Mengatasi dismorfia otot memerlukan pendekatan komprehensif yang mengakui persinggungannya dengan gangguan makan dan kesehatan mental. Penatalaksanaan yang efektif melibatkan pengenalan dini, intervensi, dan dukungan berkelanjutan dari profesional kesehatan mental, penyedia layanan kesehatan, dan jaringan sosial yang mendukung.
Intervensi terapeutik, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi penerimaan dan komitmen (ACT), dapat membantu individu dalam menantang dan menyusun ulang pemikiran dan perilaku maladaptif yang berkaitan dengan citra tubuh dan otot. Modalitas terapeutik ini juga mengatasi masalah kesehatan mental dan membantu mengembangkan strategi penanggulangan yang lebih sehat.
Selain itu, konseling nutrisi dan dukungan dari ahli diet terdaftar memainkan peran penting dalam mengatasi gangguan pola makan yang terkait dengan dismorfia otot. Menyeimbangkan aktivitas fisik dengan nutrisi yang tepat sangat penting untuk memulihkan kesehatan metabolisme, keseimbangan hormon, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Selain itu, kolaborasi antara profesional kesehatan mental, dokter, dan ahli endokrinologi sangat penting dalam mengatasi potensi konsekuensi kesehatan fisik dari olahraga berlebihan dan penggunaan zat peningkat kinerja yang umum terjadi pada individu dengan dismorfia otot.
Komunitas dan kelompok sebaya yang suportif dapat menjadi sumber dorongan, empati, dan pengalaman bersama yang berharga, menumbuhkan rasa memiliki dan mengurangi perasaan terisolasi yang terkait dengan masalah citra tubuh dan gangguan makan.
Kesimpulan
Dismorfia otot adalah kondisi psikologis kompleks yang terkait dengan gangguan makan dan kesehatan mental. Pengejaran tanpa henti untuk mendapatkan otot ideal dapat berdampak besar pada kesehatan fisik, kesejahteraan mental, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan menyadari sifat saling terkait dari kekhawatiran ini dan mendukung sistem dukungan yang komprehensif, individu yang terkena dismorfia otot, gangguan makan, dan tantangan kesehatan mental dapat memulai jalan menuju pemulihan dan ketahanan.