Bagaimana low vision dapat mempengaruhi kesehatan mental?

Bagaimana low vision dapat mempengaruhi kesehatan mental?

Low vision mengacu pada gangguan penglihatan yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata biasa, lensa kontak, obat-obatan, atau pembedahan. Individu dengan gangguan penglihatan mengalami tantangan yang signifikan dalam aktivitas sehari-hari, yang dapat berdampak besar pada kesehatan mental mereka. Kelompok topik ini akan mengeksplorasi hubungan antara low vision dan kesehatan mental, serta prevalensi low vision.

Prevalensi Penglihatan Rendah

Definisi Low Vision
Low vision adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan penglihatan signifikan yang tidak dapat sepenuhnya diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, obat-obatan, atau pembedahan. Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan low vision sebagai ketajaman penglihatan yang paling baik dikoreksi yaitu kurang dari 18/6 (20/60) pada mata yang lebih baik, atau bidang penglihatan kurang dari 20 derajat. Penglihatan rendah dapat disebabkan oleh berbagai kondisi mata, seperti degenerasi makula, glaukoma, retinopati diabetik, dan katarak.

Prevalensi Gangguan Penglihatan Secara Global
Prevalensi gangguan penglihatan bervariasi antar wilayah dan populasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 253 juta orang hidup dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia, dengan 36 juta di antaranya mengalami kebutaan dan 217 juta mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat. Low vision merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, khususnya di kalangan orang lanjut usia, namun hal ini juga dapat menyerang individu dari segala usia, termasuk anak-anak dan orang dewasa usia kerja.

Kaitan Antara Low Vision dan Kesehatan Mental

Dampak Emosional
Hidup dengan low vision dapat mengakibatkan berbagai tantangan emosional, seperti depresi, kecemasan, dan perasaan terisolasi. Hilangnya kemandirian dan penurunan kualitas hidup akibat gangguan penglihatan seringkali menimbulkan rasa frustasi, marah, dan sedih. Individu mungkin bergumul dengan rasa kehilangan dan kesedihan terkait dengan visi mereka, bersamaan dengan ketakutan akan masa depan dan perubahan identitas dan harga diri.

Dampak Sosial
Low vision juga dapat berdampak pada kesejahteraan sosial seseorang. Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membaca, perawatan diri, dan mobilitas, dapat menyebabkan penarikan diri dari pergaulan dan isolasi. Hal ini dapat semakin memperburuk perasaan kesepian, depresi, dan kecemasan, karena individu dengan gangguan penglihatan mungkin merasa terputus dari komunitasnya dan kesulitan untuk terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial.

Dampak Praktis
Selain konsekuensi emosional dan sosial, low vision dapat mempunyai implikasi praktis terhadap kesehatan mental seseorang. Kesulitan dalam mengakses informasi, menjelajahi lingkungan, dan berpartisipasi dalam hobi atau aktivitas waktu luang dapat menimbulkan rasa frustrasi dan penurunan kesejahteraan secara keseluruhan. Selain itu, tantangan dalam mencari pekerjaan yang sesuai atau mempertahankan karier karena gangguan penglihatan dapat menyebabkan tekanan finansial dan penurunan harga diri.

Mengatasi Kesehatan Mental pada Komunitas Low Vision

Pendekatan Multidisiplin
Penting untuk mengatasi kebutuhan kesehatan mental individu dengan gangguan penglihatan melalui pendekatan multidisiplin. Perawatan kolaboratif yang melibatkan dokter mata, dokter mata, terapis okupasi, dan profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan komprehensif untuk mengelola aspek visual dan emosional dari low vision. Hal ini dapat mencakup rehabilitasi penglihatan, strategi adaptif, konseling, dan intervensi psikososial yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengatasi masalah dan meningkatkan ketahanan.

Sumber Daya Pendidikan dan Pendukung
Meningkatkan kesadaran dan memberikan akses terhadap sumber daya pendidikan dan dukungan dapat memberdayakan individu dengan gangguan penglihatan untuk mengelola kesehatan mental mereka dengan lebih baik. Hal ini mungkin melibatkan pelatihan dalam teknologi pendukung, keterampilan orientasi dan mobilitas, dan akses terhadap kelompok dukungan sebaya atau layanan konseling. Selain itu, mendorong lingkungan inklusif dan mengadvokasi akomodasi aksesibilitas di berbagai lingkungan, seperti tempat kerja dan ruang komunitas, dapat meningkatkan kesejahteraan individu dengan gangguan penglihatan.

Advokasi dan Inisiatif Kebijakan
Meningkatkan kesadaran tentang dampak low vision terhadap kesehatan mental dan mengadvokasi perubahan kebijakan dapat mendorong perbaikan sistemik dalam dukungan dan layanan yang tersedia bagi individu dengan gangguan penglihatan. Hal ini dapat mencakup promosi akses yang setara terhadap layanan kesehatan mental, memastikan ketersediaan alat bantu visual dan alat bantu, dan mengadvokasi praktik inklusif dalam pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur publik untuk mengurangi hambatan yang dihadapi oleh mereka yang memiliki gangguan penglihatan.

Kesimpulan

Low vision dapat berdampak besar pada kesehatan mental, sehingga menimbulkan tantangan emosional, sosial, dan praktis bagi individu. Dengan memahami hubungan antara low vision dan kesehatan mental, dan mengatasi prevalensi low vision, kita dapat berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung dan perawatan komprehensif yang memberdayakan individu dengan gangguan penglihatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan.

Tema
Pertanyaan